Di Lokasi tempat tinggal saya terdapat 5 tower BTS yang jaraknya cukup dekat, namun yang line of sight
hanya 3, selebihnya terhalang oleh bangunan-bangunan tinggi, dan hanya
dapat terlihat apabila saya berada di bangunan lantai 3, karena lokasi
tempat tinggal saya kontur tanahnya agak berbukit.
Kalau kita lihat pada peta diatas, rumah saya
ditandai dengan kotak putih. Terdapat 3 buah BTS yang cukup dekat dan 1
buah BTS yang jaraknya jauh, namun masih nampak oleh mata. Karena
sepertinya ketiga BTS terdekat tersebut bukan ditempati beberapa
operator, maka saya agak sulit mengidentifikasi BTS mana yang melayani
perangkat modem 3G yang saya gunakan.
Karena sinyal yang diterima sangat cukup baik (-82
dBm), saya berasumsi bahwa tower BTS di sebelah barat daya yang ditandai
dengan nomor 14 yang melayani koneksi internet yang saya gunakan. Namun
saya tidak puas dengan kecepatan internet yang didapatkan, walapun
tidak ada terkendala masalah sinyal. Jadi saya hanya bisa berasumsi
kalau BTS tersebut sudah padat pengguna atau BTS tersebut memiliki
kapasitas data yang kecil.
Lalu saya memantau sekeliling rumah saya dari atap,
disana saya dapat melihat beberapa tower BTS. Selanjutnya saya
mempersiapkan antena dan mulai mencari target dengan maksud dan tujuan
mendapatkan koneksi yang lebih baik. Saya pun memetakan lokasi BTS untuk
memudahkan melakukan pointing antena apabila nantinya saya menggunakan provider lainnya.
Penjelasan dari masing-masing posisi BTS dan kondisinya.
BTS bernomor 14 terletak disebelah barat daya,
jaraknya sangat dekat, kira-kira hanya 400 meter, merupakan BTS pertama
kali dibangun di lokasi saya dan BTS yang tertinggi di kota saya (80
meter). Namun belakangan ini antena BTS diturunkan kira-kira sepertiga
dari ketinggian BTS. Posisinya tidak terhalang oleh bangunan hanya
atap-atap rumah dan pepohonan rindang saja.
BTS bernomor 87 terletak disebelah selatan, jaraknya
juga masih relatif dekat, kira-kira sekitar 500 meter, tinggi BTS hanya
40 meter, namun posisi BTS terhalang oleh beberapa bangunan tinggi di
sekitar rumah saya. Kalau saya lihat ada 2 antena yang mengarah ke
posisi saya, mungkin saja itu antenna untuk dual carrier (DC HSPA/HSPA+)
entah benar atau tidak.
BTS tanpa nomor disebelah barat laut, jaraknya
mungkin sekitar 600 meter, dan tingginya hanya 40 meter. Posisi BTS juga
tidak terlalu banyak halangan yang berarti, hanya atap-atap rumah dan
pepohonan saja.
BTS tanpa nomor di sebelah timur, membelakangi rumah
saya, jaraknya cukup jauh mungkin sekitar 1 km lebih. Posisinya juga
terhalang oleh rumah 2 lantai persis disamping rumah saya. Jadi saya
abaikan.
Beberapa BTS lainnya juga ada di sebelah selatan namun hanya terlihat apabila saya berada pada bangunan berlantai 3.
Untuk sebelah utara, timur laut hingga ke timur, yang
saya tandai dengan warna biru, tidak terdapat BTS yang dapat saya lihat
dengan mata, karena daerah itu memang bukan daerah potensial, hanya
pemukiman padat penduduk, yang masih jarang menggunakan layanan data.
Dari posisi-posisi BTS yang saya petakan, saya memfokuskan hanya pada 3
BTS saja.
Antena Untuk Modem GSM/3G
Lanjut tentang antena, disini saya memilih
menggunakan antena tincan atau yang lazim disebut bazzoka. Alasannya
selain mudah untuk dibuat, tentu bahan-bahan yang diperlukan pun mudah
ditemukan. Hanya menggunakan potongan pipa paralon, alumunium foil dan
dop/tutup pipa. Biaya yang diperlukan utuk pembuatannya pun murah
meriah.
Antena diatas dibuat dengan menggunakan pipa pvc
berdiameter 11.2 cm dengan panjang pipa 115 cm, dengan ketinggian
kira-kira 5 meter dari permukaan tanah.
Tidak seperti antena model Yagi yang perlu desain
khusus agar dapat berfungsi dengan baik. Antena Yagi yang banyak dijual
pun kebanyakan tidak didesain dengan tepat sehingga hasilnya tidak
optimal. Sebab untuk menaikan sinyal itu lebih mudah ketimbang untuk
mendapatkan efek resonansi dan polarisasi yang tepat. Begitulah yang
namanya gimmick marketing, selalu saja mengelabui konsumen. Kali ini
saya tidak membahas bagaimana cara membuat antena bazooka, namun saya
akan membahas langkah-langkah untuk pointing antena saja.
Software dan Proses Pointing Antena
Sebagai alat bantu untuk mendapatkan koneksi terbaik, saya menggunakan beberapa software yaitu MDMA dan QXDM
untuk melihat kondisi dan parameter BTS target. Untuk koneksi 3G/HSPA
parameter penting yang perlu diperhatikan adalah nilai RSSI, PSC Number
dan Pilot Energy. Dan untuk menguji kecepatan koneksi yang didapat
tentunya saya melakukan download file yang berukuran besar agar
memudahkan melihat efeknya selama saya melakukan pointing antena.
Sebelum menggunakan antena, saya memantau beberapa parameter penting yang terdapat di software MDMA dan QXDM,
yaitu RSSI, PSC, dan Energy. Pada gambar dibawah terlihat bahwa RSSI
yang didapat adalah -86 dBm sampai -83 dBm (full bar), sebenarnya sudah
baik untuk penerimaan sinyal sebesar itu, namun pantauan di QXDM
didapatkan PSC aktif yang berubah-ubah antara 87 dan 14, dan seringkali
termonitor juga beberapa PSC lainnya. Saat saya capture terlihat bahwa
PSC yang aktif didominasi oleh 14 dengan Energy sebesar -7.04 dBm
sedangkan PSC 87 statusnya monitoring dengan Energy sebesar -16 dBm.
Mohon maaf untuk nama operator yang saya gunakan, Cell ID, dan beberapa indikator lainnya saya sensor demi privasi.
Sebelum saya menggunakan antena, kecepatan download
yang didapat tidak stabil terutama pada waktu pagi hingga sore hari,
hanya di tengah malam hingga subuh saja saya bisa mendapatkan kecepatan
yang cukup memuaskan. Berikut dapat dilihat hasil log kecepatan maksimum
rata-rata setiap jamnya dari software Networx.
Pertama saya mencoba mengarahkan ke BTS ke arah barat
laut, hasilnya tidak ada perubahan kecepatan koneksi dan sinyal malah
menurun, saya berasumsi bahwa BTS tersebut tidak ditempati oleh operator
seluler yang saya gunakan. Dari software QXDM pun nomor PSC yang muncul
masih didominasi oleh BTS 14 karena mungkin pengaruh lokasi BTS yang
cukup dekat.
Selanjutnya saya mencoba memutar kembali antena
dengan perlahan ke arah utara hingga ke arah timur laut, walaupun saya
memang tidak dapat melihat tower BTS yang disana. Ada sedikit
peningkatan koneksi walaupun sinyal juga ikut turun. Dari software QXDM saya melihat beberapa nomor PSC muncul, namun energinya lemah.
Selanjutnya saya mencoba mengarahkan antena ke arah
barat daya yaitu BTS bernomor 14, dengan harapan mendapatkan penigkatan
koneksi, namun hasilnya tetap tidak memuaskan. Dari sini sudah agak
pasrah dan sedikit putus asa.
Dan terakhir saya mencoba mengarahkan antena ke
selatan dan memfokuskan tepat ke arah tower BTS bernomor 87. Disini
harapan kembali timbul, ada peningkatan kecepatan yang cukup besar
disertai peningkatan sinyal dan energy. Memang belum bisa menyentuh peak
dari QoS kemungkinan karena walaupun sudah diarahkan ke tower BTS
secara tepat belum tentu tepat ke arah antena, karena saya melihat ada
banyak antena di tower tersebut.
Lalu saya mulai menggeser-geser perlahan sambil
memperhatikan perubahan yang terjadi di QXDM, dan akhirnya saya
mendapatkan kecepatan tertinggi yang memang sesuai dengan harapan saya.
Peningkatan speed yang didapat cukup drastis dan cukup sering mencapai
peak sesuai dengan QoS.
Arah terakhir dari antena yang saya gunakan adalah
sedikit bergeser searah jarum jam dari posisi tower bernomor 87 ini.
Sinyal yang didapat melonjak hingga ke -61 dBm. Energy pun meningkat
hingga dikisaran -5 dBm, yang pada awalnya di kisaran -16 dBm. Berikut
adalah screenshot hasil akhir dari pointing antena yang saya lakukan
Sesekali masih nampak beberapa PSC lain termonitoring
di QXDM, namun tidak lagi dominan dan selisih Energynya pun terpaut
jauh, sehingga kemungkinan PSC berpindah sangat kecil. Dan berikut ini
adalah hasil log kecepatan maksimum rata-rata per jamnya dari software
Networkx, peningkatan yang drastis bukan?
Dan berikut hasil speedtest terakhir yang saya ambil
beberapa jam yang lalu. Dan sekali lagi saya mohon maaf, nama provider
yang digunakan saya sensor. Mungkin kamu bisa mengira-ngira provider apa
yang saya gunakan untuk melakukan pengujian ini. Sebab dari 3 provider
seluler yang saya uji kecepatannya relatif sama setelah saya menggunakan
antena yang saya buat.
Kesimpulan Mengenai Koneksi Mobile Broadband
Jadi disini saya menarik kesimpulan bahwa kecepatan
koneksi untuk mobile broadband tidak hanya semata-mata dipengaruhi
sinyal saja, belum tentu sinyal buruk hasilnya buruk. Yang paling
dominan menentukan kualitas koneksi adalah nomor PSC dan nilai pilot
energynya. Pilot energy dibawah -10 dBm biasanya membuat koneksi
berantakan.
Pengalaman saya waktu masih kost di jakarta dulu,
dengan kondisi sinyal di kisaran -90 dBm s/d -92 dBm masih bisa
mendapatkan kecepatan sekitar 2 Mbps. Sayang waktu itu saya tidak
menggunakan QXDM, jadi kurang tau berapa pilot energy yang didapat.
Dan saya sering melihat komentar-komentar baik di
website, blog, maupun forum, sering pengguna internet dari mobile
broadband mengeluhkan “ah..provider A lelet banget padahal quota masih
banyak dan sinyal fullbar”. Memang dalam koneksi menggunakan media
nirkabel banyak sekali faktor-faktor yang membuat penerimaan data tidak
optimal. Faktor eksternal tersebut sebenarnya bukan bagian yang
direncanakan oleh operator seluler. Namun bersifat alamiah tergantung
kondisi dari lokasi dimana pengguna berada. Jadi tidak ada salahnya kamu
mencoba tips yang saya buat ini untuk memastikan sejauh mana kemampuan
koneksi yang kamu miliki.
No comments:
Post a Comment