Translate

28 February 2013

Cara Menggunakan Software QXDM Untuk Menentukan Posisi Terbaik Modem

Di Lokasi tempat tinggal saya terdapat 5 tower BTS yang jaraknya cukup dekat, namun yang line of sight hanya 3, selebihnya terhalang oleh bangunan-bangunan tinggi, dan hanya dapat terlihat apabila saya berada di bangunan lantai 3, karena lokasi tempat tinggal saya kontur tanahnya agak berbukit.
Kalau kita lihat pada peta diatas, rumah saya ditandai dengan kotak putih. Terdapat 3 buah BTS yang cukup dekat dan 1 buah BTS yang jaraknya jauh, namun masih nampak oleh mata. Karena sepertinya ketiga BTS terdekat tersebut bukan ditempati beberapa operator, maka saya agak sulit mengidentifikasi BTS mana yang melayani perangkat modem 3G yang saya gunakan.
Karena sinyal yang diterima sangat cukup baik (-82 dBm), saya berasumsi bahwa tower BTS di sebelah barat daya yang ditandai dengan nomor 14 yang melayani koneksi internet yang saya gunakan. Namun saya tidak puas dengan kecepatan internet yang didapatkan, walapun tidak ada terkendala masalah sinyal. Jadi saya hanya bisa berasumsi kalau BTS tersebut sudah padat pengguna atau BTS tersebut memiliki kapasitas data yang kecil.
Lalu saya memantau sekeliling rumah saya dari atap, disana saya dapat melihat beberapa tower BTS. Selanjutnya saya mempersiapkan antena dan mulai mencari target dengan maksud dan tujuan mendapatkan koneksi yang lebih baik. Saya pun memetakan lokasi BTS untuk memudahkan melakukan pointing antena apabila nantinya saya menggunakan provider lainnya.

Penjelasan dari masing-masing posisi BTS dan kondisinya.

BTS bernomor 14 terletak disebelah barat daya, jaraknya sangat dekat, kira-kira hanya 400 meter, merupakan BTS pertama kali dibangun di lokasi saya dan BTS yang tertinggi di kota saya (80 meter). Namun belakangan ini antena BTS diturunkan kira-kira sepertiga dari ketinggian BTS. Posisinya tidak terhalang oleh bangunan hanya atap-atap rumah dan pepohonan rindang saja.
BTS 14
BTS bernomor 87 terletak disebelah selatan, jaraknya juga masih relatif dekat, kira-kira sekitar 500 meter, tinggi BTS hanya 40 meter, namun posisi BTS terhalang oleh beberapa bangunan tinggi di sekitar rumah saya. Kalau saya lihat ada 2 antena yang mengarah ke posisi saya, mungkin saja itu antenna untuk dual carrier (DC HSPA/HSPA+) entah benar atau tidak.
BTS 87
BTS tanpa nomor disebelah barat laut, jaraknya mungkin sekitar 600 meter, dan tingginya hanya 40 meter. Posisi BTS juga tidak terlalu banyak halangan yang berarti, hanya atap-atap rumah dan pepohonan saja.
BTS ??
BTS tanpa nomor di sebelah timur, membelakangi rumah saya, jaraknya cukup jauh mungkin sekitar 1 km lebih. Posisinya juga terhalang oleh rumah 2 lantai persis disamping rumah saya. Jadi saya abaikan.
BTS ??
Beberapa BTS lainnya juga ada di sebelah selatan namun hanya terlihat apabila saya berada pada bangunan berlantai 3.
Untuk sebelah utara, timur laut hingga ke timur, yang saya tandai dengan warna biru, tidak terdapat BTS yang dapat saya lihat dengan mata, karena daerah itu memang bukan daerah potensial, hanya pemukiman padat penduduk, yang masih jarang menggunakan layanan data. Dari posisi-posisi BTS yang saya petakan, saya memfokuskan hanya pada 3 BTS saja.

Antena Untuk Modem GSM/3G

Lanjut tentang antena, disini saya memilih menggunakan antena tincan atau yang lazim disebut bazzoka. Alasannya selain mudah untuk dibuat, tentu bahan-bahan yang diperlukan pun mudah ditemukan. Hanya menggunakan potongan pipa paralon, alumunium foil dan dop/tutup pipa. Biaya yang diperlukan utuk pembuatannya pun murah meriah.
Antena Bazooka 3G
Antena diatas dibuat dengan menggunakan pipa pvc berdiameter 11.2 cm dengan panjang pipa 115 cm, dengan ketinggian kira-kira 5 meter dari permukaan tanah.
Tidak seperti antena model Yagi yang perlu desain khusus agar dapat berfungsi dengan baik. Antena Yagi yang banyak dijual pun kebanyakan tidak didesain dengan tepat sehingga hasilnya tidak optimal. Sebab untuk menaikan sinyal itu lebih mudah ketimbang untuk mendapatkan efek resonansi dan polarisasi yang tepat. Begitulah yang namanya gimmick marketing, selalu saja mengelabui konsumen. Kali ini saya tidak membahas bagaimana cara membuat antena bazooka, namun saya akan membahas langkah-langkah untuk pointing antena saja.

Software dan Proses Pointing Antena

Sebagai alat bantu untuk mendapatkan koneksi terbaik, saya menggunakan beberapa software yaitu MDMA dan QXDM untuk melihat kondisi dan parameter BTS target. Untuk koneksi 3G/HSPA parameter penting yang perlu diperhatikan adalah nilai RSSI, PSC Number dan Pilot Energy. Dan untuk menguji kecepatan koneksi yang didapat tentunya saya melakukan download file yang berukuran besar agar memudahkan melihat efeknya selama saya melakukan pointing antena.
Sebelum menggunakan antena, saya memantau beberapa parameter penting yang terdapat di software MDMA dan QXDM, yaitu RSSI, PSC, dan Energy. Pada gambar dibawah terlihat bahwa RSSI yang didapat adalah -86 dBm sampai -83 dBm (full bar), sebenarnya sudah baik untuk penerimaan sinyal sebesar itu, namun pantauan di QXDM didapatkan PSC aktif yang berubah-ubah antara 87 dan 14, dan seringkali termonitor juga beberapa PSC lainnya. Saat saya capture terlihat bahwa PSC yang aktif didominasi oleh 14 dengan Energy sebesar -7.04 dBm sedangkan PSC 87 statusnya monitoring dengan Energy sebesar -16 dBm.
Tampilan MDMA sebelum menggunakan antena
Mohon maaf untuk nama operator yang saya gunakan, Cell ID, dan beberapa indikator lainnya saya sensor demi privasi.
Sebelum saya menggunakan antena, kecepatan download yang didapat tidak stabil terutama pada waktu pagi hingga sore hari, hanya di tengah malam hingga subuh saja saya bisa mendapatkan kecepatan yang cukup memuaskan. Berikut dapat dilihat hasil log kecepatan maksimum rata-rata setiap jamnya dari software Networx.
Pertama saya mencoba mengarahkan ke BTS ke arah barat laut, hasilnya tidak ada perubahan kecepatan koneksi dan sinyal malah menurun, saya berasumsi bahwa BTS tersebut tidak ditempati oleh operator seluler yang saya gunakan. Dari software QXDM pun nomor PSC yang muncul masih didominasi oleh BTS 14 karena mungkin pengaruh lokasi BTS yang cukup dekat.
Selanjutnya saya mencoba memutar kembali antena dengan perlahan ke arah utara hingga ke arah timur laut, walaupun saya memang tidak dapat melihat tower BTS yang disana. Ada sedikit peningkatan koneksi walaupun sinyal juga ikut turun. Dari software QXDM saya melihat beberapa nomor PSC muncul, namun energinya lemah.
Selanjutnya saya mencoba mengarahkan antena ke arah barat daya yaitu BTS bernomor 14, dengan harapan mendapatkan penigkatan koneksi, namun hasilnya tetap tidak memuaskan. Dari sini sudah agak pasrah dan sedikit putus asa.
Dan terakhir saya mencoba mengarahkan antena ke selatan dan memfokuskan tepat ke arah tower BTS bernomor 87. Disini harapan kembali timbul, ada peningkatan kecepatan yang cukup besar disertai peningkatan sinyal dan energy. Memang belum bisa menyentuh peak dari QoS kemungkinan karena walaupun sudah diarahkan ke tower BTS secara tepat belum tentu tepat ke arah antena, karena saya melihat ada banyak antena di tower tersebut.
Lalu saya mulai menggeser-geser perlahan sambil memperhatikan perubahan yang terjadi di QXDM, dan akhirnya saya mendapatkan kecepatan tertinggi yang memang sesuai dengan harapan saya. Peningkatan speed yang didapat cukup drastis dan cukup sering mencapai peak sesuai dengan QoS.
Arah terakhir dari antena yang saya gunakan adalah sedikit bergeser searah jarum jam dari posisi tower bernomor 87 ini. Sinyal yang didapat melonjak hingga ke -61 dBm. Energy pun meningkat hingga dikisaran -5 dBm, yang pada awalnya di kisaran -16 dBm. Berikut adalah screenshot hasil akhir dari pointing antena yang saya lakukan
Tampilan MDMA setelah menggunakan antena
Sesekali masih nampak beberapa PSC lain termonitoring di QXDM, namun tidak lagi dominan dan selisih Energynya pun terpaut jauh, sehingga kemungkinan PSC berpindah sangat kecil. Dan berikut ini adalah hasil log kecepatan maksimum rata-rata per jamnya dari software Networkx, peningkatan yang drastis bukan?
Dan berikut hasil speedtest terakhir yang saya ambil beberapa jam yang lalu. Dan sekali lagi saya mohon maaf, nama provider yang digunakan saya sensor. Mungkin kamu bisa mengira-ngira provider apa yang saya gunakan untuk melakukan pengujian ini. Sebab dari 3 provider seluler yang saya uji kecepatannya relatif sama setelah saya menggunakan antena yang saya buat.
Hasil speedtest beberapa jam yang lalu sebelum saya mempublish artike ini.

Kesimpulan Mengenai Koneksi Mobile Broadband

Jadi disini saya menarik kesimpulan bahwa kecepatan koneksi untuk mobile broadband tidak hanya semata-mata dipengaruhi sinyal saja, belum tentu sinyal buruk hasilnya buruk. Yang paling dominan menentukan kualitas koneksi adalah nomor PSC dan nilai pilot energynya. Pilot energy dibawah -10 dBm biasanya membuat koneksi berantakan.
Pengalaman saya waktu masih kost di jakarta dulu, dengan kondisi sinyal di kisaran -90 dBm s/d -92 dBm masih bisa mendapatkan kecepatan sekitar 2 Mbps. Sayang waktu itu saya tidak menggunakan QXDM, jadi kurang tau berapa pilot energy yang didapat.
Dan saya sering melihat komentar-komentar baik di website, blog, maupun forum, sering pengguna internet dari mobile broadband mengeluhkan “ah..provider A lelet banget padahal quota masih banyak dan sinyal fullbar”. Memang dalam koneksi menggunakan media nirkabel banyak sekali faktor-faktor yang membuat penerimaan data tidak optimal. Faktor eksternal tersebut sebenarnya bukan bagian yang direncanakan oleh operator seluler. Namun bersifat alamiah tergantung kondisi dari lokasi dimana pengguna berada. Jadi tidak ada salahnya kamu mencoba tips yang saya buat ini untuk memastikan sejauh mana kemampuan koneksi yang kamu miliki.

No comments:

Post a Comment